Kini hidupku sudah berbeda. Semua jauh dari perkiraanku sebelumnya. Banyak yang berubah. Entah akhir-akhir ini aku jauh merasa kesepian merindukan orang yang jauh disana. Mereka yang selalu mendukungku tiba-tiba enyah tanpa kabar. Ibu, bapak dan adikku satu minggu yang lalu mereka ngak memberi kabar sama sekali.
Hari sabtu kemaren aku memutuskan pulang ke rumah. Tidak mungkin setiap orang tua tidak menerima anaknya yang lama tak jumpa di rumahnya sendiri. Hari itu setelah semua permasalahan selesai, aku pulang ke rumah. Berjam-jam waktu yang terbuang, hanya duduk dan menunggu. Waktu berjalan dengan lambatnya. Biasanya waktu bergulir dengan cepat ketika aku benar-benar menginginkan pulang. Aku berangkat dari kos jam 12.45 WIB. Yah kira-kira jam segitu. Semua waktuku tersita di perjalanan dibalik kaca trans jogja dan bus kota. Suasana di luar kaca sangat bertolak belakang dengan suasana hatiku. Cuaca mendung, hujan jatuh dengan berjuta karunia-Nya yang mungkin menjadi keluhan untuk orang seperti aku yang sedang dalam perjalanan.
Dalam perjalanan itu aku hanya bisa bernostalgia dengan masa laluku. Masa kecil yang indah, yang selalu ada orang tuaku disampingku. Masa yang menyenangkan untuk dikenang dan dinanti lagi. Tetapi masa yang dinanti itu tidak mungkin kembali. Tetapi pada saat itu aku hanya bisa menanti. Menanti kehadiranku di rumah. Dan akhirnya penantianku tercapai juga dipermulaan azan maghrib. Detik-detik ketika aku turun dari bus. Aku melihat orang selalu memarahiku ketika belum sholat dan makan. Ya, itu bapakku. Senyum dan salam pun bertemu ditempat itu. Aku menahan air mata ini. Rasa syukur selalu ku ucapkan untuk pertemuan ini.
Walau hanya seperti itu, tidak ada satu hari di rumah. Aku tetap menanti untuk selalu pulang. Hari Minggu ini selalu menjadi minggu yang paling berkesan. Walau hanya bertatap muka sebentar, setidaknya aku tahu keadaan kalian. Aku masih menunggu Minggu yang lain untuk kembali ke rumah yang membesarkanku.
Komentar
Posting Komentar